Menyongsong tahun baru 2015, Museum Kanker Indonesia–YKW berpartisipasi dengan menggelar pameran saat acara car free night di Taman Bungkul, Surabaya. Animo masyarakat sangat luar biasa terhadap informasi yang disajikan di booth yang dikelola oleh Forum Komunikasi Pariwisata Surabaya.
Tenda berukuran 3 X 3 meter yang disediakan panitia selalu dipenuhi oleh pengunjung yang sangat tertarik dengan peraga organ yang terkena kanker serviks dan kanker payudara. Dua materi tersebut diletakkan di toples dan dipajang seakan-akan sedang berada di ruang galeri pameran dengan lampu sorot yang lebih mengungkapkan detil organ tersebut secara artistik dan lebih jelas.
D
eanandya, pemudi teladan kota Surabaya 2014 serta leader dari Bidadari ini tampil memberikan penjelasan dengan tenang dan lugas kepada kerumunan pengunjung yang selalu memadati ruang pamer MKI-YKW tersebut. Menjelang jam 23.00 malam, telah tercatat hampir 1.000 (seribu) orang yang datang mengikuti dengan antusias materi yang disampaikan. Brosur museum dan kartu skor deteksi dini resiko kanker serviks dan kanker payudara pun telah hampir habis diminati pengunjung.
Selain Dea dan dua kawannya, tujuh orang anggota Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Kota Surabaya yang dipimpin oleh Budy Rejeki melarutkan diri bahu membahu melayani antusiasme masyarakat yang membludak. Bobbin NPY yang diberi amanah menjadi koordinator pameran MKI-YKW di acara ini terlihat sangat sibuk mengatur hilir mudik alur pengunjung yang haus informasi kanker tersebut.
Deanandya juga menjelaskan, “Museum di Yayasan Kanker Wisnuwardhana (YKW) ini memang menjadi Museum Kanker pertama dan sampai saat ini satu-satunya yang ada di Indonesia. Museum ini nantinya memiliki kategori fungsi pengabdian masyarakat, pendidikan dan penelitian dengan pembobotan lebih kearah pendidikan.
Museum yang terle
tak di Jl. Kayun 16-18 ini dirancang nantinya akan secara bertahap menampilkan sisi sejarah,budaya dan ilmiah dari “Kanker”. Termasuk sejarah YKW, Budaya di masyarakat, Organ/ Jaringan Kanker dan Tumor, Peralatan dan Obat yang dipakai, serta tehnik-tehnik promotif, preventif, deteksi dini, kuratif, rehabilitatif, paliatif. Termasuk ditampilkannya mikroskop dua kepala (double headed) supaya masyarakat dapat langsung melihat dan mengetahui sel kanker dan organ yang diserangnya.
Kehadiran Museum Kanker Indonesia di YKW ini diharapkan memudahkan proses promosi dan edukasi bagi seluruh lapisan masyarakat. Selama ini hampir seluruh kalangan masyarakat membicarakan kanker, namun mereka hampir tidak pernah mengetahui seperti apa organ/ jaringan tubuh manusia yang terkena kanker dalam bentuk 3 (tiga) dimensi.
Mengedepankan upaya penyadar tahuan masyarakat atau kampanye penanggulangan kanker di museum ini tentu akan memudahkan semua kalangan untuk memanfaatkan sesuai dengan kepentingannya masing-masing. Utamanya menurunkan angka kematian dan kesakitan karena kanker di Indonesia.
Museum Kanker Indonesia ini di gagas oleh Ananto Sidohutomo, Dr. MARS., saat ini menjadi Pembina di Yayasan Kanker Wisnuwardhana dan juga sebagai Founder di Bidadari, yaitu sebuah gerakan moral yang tidak mengijinkan seorangpun perempuan mati karena kanker serviks dan kanker payudara (www.bidadariku.com).
Kategori/rubrik Pendidikan Kesehatan
0 komentar: